CEK DAFTAR HARGA

CARA MEMBUAT KOMPOS DARI TANGKOS

Salah satu limbah kelapa sawit yang jumlahnya begitu banyak di perkebunan adalah TKKS (Tandan Kosong Kelapa Sawit). Setiap pengolahan TBS (Tandan Buah Segar) kelapa sawit menyisakan 20-25 persen TKKS. Artinya jika jumlah TBS sebanyak 1 ton, maka TKKS yang dihasilkan sekitar 200-250 kg. Bayangkan berapa banyak limbah kelapa sawit yang akan dihasilkan oleh suatu pabrik mengingat produksi rata-ratanya mencapai 100 ton/jam.
Pemanfaatan TKKS oleh PKS (Pabrik Kelapa Sawit) di Indonesia masih tergolong sangat minim. Mayoritas PKS masih menggunakannya sebagai bahan bakar walaupun sudah ada larangan yang tegas dari pemerintah. Beberapa alternatif daur ulang TKKS yang bersifat ramah lingkungan antara lain menjadikannya mulsa dan kompos.
Pengolahan TKKS menjadi pupuk kompos diklaim merupakan metode pemanfaatan yang terbaik. Selain dapat digunakan untuk pemupukan kelapa sawit kebutuhan pribadi, kompos yang diciptakan pun bisa dijual kembali sehingga menghasilkan keuntungan. Tetapi metode ini juga memiliki kendala seperti waktu pengomposan yang lama, sarana prasarana yang harus disediakan, dan biaya investasi yang tidak sedikit.
Pada dasarnya pembuatan pupuk kompos dari TKKS melalui serangkaian tahapan yang meliputi pencacahan, inokulasi, inkubasi, dan pemanenan. Dan berikut merupakan panduan selengkapnya untuk Anda!
Tahap I : Pencacahan TKKS
Pencacahan TKKS dilakukan dengan mencincang tandan kosong tersebut untuk memperkecil ukuran dan memperluas permukaannya. Proses ini dilakukan dengan mesin pencacah supaya pekerjaannya berlangsung lebih efektif dan efisien. Ukuran hasil cacahan yang diharapkan adalah 5 cm. Karena luas permukaannya meningkat, proses ini sekaligus juga dapat mengurangi kadar air di dalam tandan kosong.
Tahap II : Inokulasi TKKS
TKKS bisa mengalami dekomposisi secara alami dengan membiarkannya begitu saja. Namun proses ini sangatlah lama, sehingga diperlukan metode untuk mempercepat waktunya. Adalah inokulasi menggunakan aktivator aktif dari microba dekomposer diklaim bisa mempersingkat waktu pengomposan. Bahan aktivator yang umumnya dipakai yaitu bacteri bacillus, cellulotic, ragi, dan jamur atau FPP (Fungi Pelapuk Putih) dan Trichoderma sp. Mikroba-mikroba ini akan mengeluarkan enzim yang bisa mendegradasi senyawa lignoselulosa dengan cepat.
Sebelum proses pengomposan dimulai, kadar air di TKKS yang perlu diupayakan sekitar 60 persen. Jika kandungan air terlalu banyak, kondisinya menjadi anaerob sebab kekurangan oksigen. Sebaliknya bila kadar air terlampau rendah, mikroba tidak dapat beraktivitas sebagaimana mestinya.
Tahap III : Inkubasi TKKS
Proses inkubasi dikerjakan dengan membungkus TKKS memakai plastik terpal sehingga temperatur dan kelembabannya terjaga. Selama proses inkubasi berlangsung, suhu TKKS akan meningkat tajam hingga mencapai 70 C selama 2-3 minggu. Hal ini menandakan proses dekomposisi sedang berlangsung secara intensif. Suhu TKKS akan kembali normal apabila kompos sudah matang.
Pada saat proses inkubasi berlangsung, beberapa aktivator mengharuskan pembalikan guna menjaga kestabilan suhu dan meningkatkan aerasi. Pembalikan ini dapat dilakukan setiap seminggu sekali. Sedangkan aktivator seperti ActiComp tidak memerlukan pembalikan sehingga dapat menghemat biaya pembuatan kompos.
Proses inkubasi pengomposan ini biasanya berlangsung selama 1,5-3 bulan. Ciri-ciri kompas yang sudah matang yaitu warnanya cokelat kehitaman, temperaturnya normal, dan seratnya remah mudah dihancurkan. Kompos yang sudah matang pun bisa diteliti memakai metode kimia, di mana rasio C/N awalnya 50-60 berubah menjadi di bawah 25.
Tahap IV : Pemanenan Kompos
Kompos yang sudah matang bisa segera diangkut ke tempat penyimpanan sementara. Kualitas kompos bisa ditingkatkan dengan mengurangi kadar air sehingga menyisakan 20-30 persen, menambahkan bahan organik yang dapat meningkatkan kandungan hara, dan menambahkan mikroba yang bermanfaat bagi tanaman budidaya kelapa sawit. Selamat mencoba.

0 Response to "CARA MEMBUAT KOMPOS DARI TANGKOS"

Posting Komentar